Wah, ternyata, ikan mas koki yang berhasil di ternakkan di indonesia sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk bisa dijual di luar negeri. Cuma, sayang, kurangnya promosi di luar negeri menjadi kendala utamanya. Demikian di sebutkan di Surat harian Kompas, yang akan saya tulis kembali disini:
Ekspor Ikan Hias Terkendala Transportasi
Selasa, 18 Agustus 2009 | 05:22 WIB
Cibinong, Kompas - Ekspor ikan hias Indonesia hingga kini masih terganjal transportasi. Padahal, Indonesia memiliki tidak kurang dari 3.500 spesies ikan hias air tawar yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Martani Huseini di Cibinong, Bogor, Sabtu (15/8), mengemukakan, hingga saat ini pengiriman produk ikan hias asal Indonesia ke negara tujuan ekspor masih bergantung pada terminal poros (hub) Singapura.
Singapura, lanjut Martani, memiliki fasilitas penerbangan dan pelabuhan yang memadai untuk melakukan pengiriman langsung ke negara tujuan.
Singapura sebagai eksportir ikan hias terbesar dunia memetik manfaat sebagai pengumpul ikan hias asal Indonesia untuk dipasok ke pasar dunia.
”Tak jarang, Singapura mengklaim kepemilikan produk ikan hias asal Indonesia,” ujar Martani, di sela-sela Kontes Ikan Hias di Cibinong, Sabtu.
Tahun 2008, Indonesia menempati peringkat kelima eksportir ikan hias dunia dengan pangsa pasar 7 persen. Peringkat pertama eksportir ikan hias adalah Singapura dengan pangsa pasar 22,8 persen, disusul Malaysia 11 persen.
Pasar utama produk ikan hias Indonesia tersebar di Asia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Hingga Mei 2009, nilai ekspor ikan hias Indonesia sebesar 4,3 juta dollar AS dari target ekspor 10 juta dollar AS.
Tahun lalu, ekspor ikan hias Indonesia 9 juta dollar AS dengan volume 1.184.328 kilogram, atau meningkat dibandingkan tahun 2007, yakni 7,3 juta dollar AS sebanyak 1.217.151 kg.
Beberapa spesies ikan hias air tawar asli Indonesia dikenal luas di pasar internasional, seperti arwana (Schleropages formosus) jenis super red, ikan cupang (Beta splendens), dan botia (Botia macracantha).
Indonesia juga telah lama sukses mengembangkan spesies ikan hias asal negara lain yang telah didomestikasi, seperti ikan koi (Cyprinus carpio) dan mas koki (Carrasius auratus).
Dicabutnya larangan penerbangan Indonesia ke Uni Eropa oleh Komisi Eropa sejak bulan Juli tahun 2009 seharusnya membuka peluang bagi Indonesia untuk mengirim produk ikan hias secara langsung ke negara tujuan ekspor.
Saat ini Martani sedang mengupayakan agar maskapai penerbangan yang melakukan penerbangan langsung ke Eropa menyediakan sebagian ruangan di bagasi pesawat untuk mengangkut produk ikan hias.
Kendala ekspor
Pembudidaya ikan mas koki, Raymon Tanner, mengemukakan, salah satu kendala ekspor ikan hias adalah minimnya promosi di pasar internasional. Padahal, potensi dan kualitas ikan hias Indonesia tergolong baik.
Ikan arwana, misalnya, bisa laku dijual dengan harga melampaui Rp 100 juta per ekor. Sementara itu, ikan cupang berukuran 5-8 cm laku dijual seharga Rp 15 juta per ekor.
Di sisi lain, dukungan pemerintah untuk pengembangan bibit ikan unggul masih minim. Hal itu menyebabkan sebagian produsen belum bisa memenuhi permintaan ikan berkualitas ekspor dalam jumlah besar.
Pembudidaya Ikan Cupang, Hendy R Wijaya mengatakan, minimnya penyediaan bibit unggul menyebabkan tidak mudah mendapatkan ikan cupang yang bermutu ekspor.
Dari 1.000 anakan ikan cupang yang diperoleh setiap bertelur, jumlah anakan yang bermutu hanya bisa didapat 5 persen. (LKT)
Sumber :
Ekspor Ikan Hias Terkendala Transportasi – Kompas, 18.08.2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
tetap semangat kang mas dengan ikan kokinya meskipun aparat2 negara pada sibuk sendiri sampe ga mikirin devisa yg bisa dihasilkan dari ikan hias saya doain biar mereka sadar dengan kekayaan nusantara salam nusantara dan pecinta koki MERDEKA
BalasHapussiippp, kang mas.. Semoga dunia ikan mas koki di Indonesia akan lebih baik lagi dari pada sekarang. Bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
BalasHapus